Sejarah Azazil : Raja Iblis

Assalamulaikum teman beriman. Selamat tiba di blog SEJARAH AZAZIL : RAJA IBLIS Cerita wacana kesombongan, wacana takabur, wacana selalu berbangga diri, yakni sebuah dongeng yang lebih bau tanah dibanding penciptaan manusia. Ia hadir dan berawal ketika insan masih dalam perencanaan penciptaan. Karena hanya para malaikat makhluk yang diciptakan sebelum manusia, kesombongan sejatinya berhulu dari malaikat. ADALAH Azazil. Malaikat yang dikenal penduduk nirwana lantaran doanya gampang dikabulkan oleh Allah. Karena selalu dikabulkan oleh Allah, bahkan para malaikat pernah memintanya untuk mendoakan biar mereka tidak tertimpa laknat Allah.

 yakni sebuah dongeng yang lebih bau tanah dibanding penciptaan insan SEJARAH AZAZIL : RAJA IBLIS

Tersebutlah suatu ketika ketika berkeliling di surga, malaikat Israfil mendapati sebuah goresan pena "Seorang hamba Allah yang telah usang mengabdi akan mendapat laknat dengan alasannya yakni menolak perintah Allah." Tulisan yang tertera di salah satu pintu nirwana itu, tak pelak membuat Israfil menangis. Ia takut, itu yakni dirinya. 

Beberapa malaikat lain juga menangis dan punya ketakutan yang sama menyerupai Israfil, sehabis mendengar kabar perihal goresan pena di pintu nirwana itu dari Israfil. Mereka kemudian setuju mendatangi Azazil dan meminta didoakan biar tidak tertimpa laknat dari Allah. Setelah mendengar klarifikasi dari Israfil dan para malaikat yang lain, Azazil kemudian memanjatkan doa.

"Ya Allah. Janganlah Engkau marah atas mereka."

Di luar doanya yang mustajab, Azazil dikenal juga sebagai Sayidul Malaikat alias penghulu para malaikat dan Khazinul Jannah (bendaharawan surga). Semua lapis langit dan para penghuninya, menjuluki Azazil dengan sebutan penuh kemuliaan meski berbeda-beda.

  • Pada langit lapis pertama , ia berjuluk Aabid, andal ibadah yang mengabdi luar biasa kepada Allah pada langit lapis pertama,
  • Di langit lapis kedua, julukan pada Azazil yakni Raki atau andal ruku kepada Allah,
  • Di langit lapis ke tiga, ia berjuluk Saajid atau andal sujud,
  • Di langit ke empat ia dijuluki Khaasyi lantaran selalu merendah dan takluk kepada Allah,
  • Di langit lapis kelima menyebut Azazil sebagai Qaanit Karena ketaatannya kepada Allah,
  • Di langit keenam Gelar Mujtahid, lantaran ia bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah.
  • Pada langit ketujuh, ia dipanggil Zaahid, lantaran sederhana dalam memakai sarana hidup.

Selama 120 ribu tahun, Azazil, si penghulu para malaikat menyandang semua gelar kehormatan dan kemuliaan, hingga tibalah ketika para malaikat melaksanakan musyawarah besar atas undangan Allah. Ketika itu, Allah SWT, Zat pemilik kemutlakan dan semua niat, mengutarakan maksud untuk membuat pemimpin di bumi.

"Sesungguhnya Aku hendak membuat seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi."
begitulah firman Allah.(QS. Al Baqarah : 30)

Semua malaikat hampir serentak menjawab mendengar kehendak Allah.

"Ya Allah, mengapa Engkau hendak menimbulkan khalifah di muka bumi, yang hanya akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau."(QS. Al Baqarah : 30)

Allah menjawab kekhawatiran para malaikat dan meyakinkan bahwa,

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kau ketahui." (QS. Al Baqarah : 30)

Allah kemudian membuat insan pertama yang diberi nama Adam. Kepada para malaikat, Allah memperagakan kelebihan dan keistimewaan Adam, yang mengakibatkan para malaikat mengakui kelebihan Adam atas mereka. Lalu Allah menyuruh semua malaikat biar bersujud kepada Adam, sebagai wujud kepatuhan dan akreditasi atas kebesaran Allah. Seluruh malaikat pun bersujud, kecuali Azazil.

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat "Sujudlah kau kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan yakni ia termasuk golongan orang-orang yang kafir" (Al Baqarah: 34)

Bersemi Sejak di Awal Surga

Sebagai penghulu para malaikat dengan semua gelar dan sebutan kemuliaan, Azazil merasa tak pantas bersujud pada makhluk lain termasuk Adam lantaran merasa penciptaan dan statusnya yang lebih baik. Allah melihat tingkah dan perilaku Azazil, kemudian bertanya dengan memberi gelaran gres baginya Iblis. "

Hai Iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kau menyombongkan diri (takabur) ataukah kau merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi?" Mendengar pernyataan Allah, bukan seruan ampun yang keluar dari Azazil, sebaliknya ia malah menentang dan berkata,

"Ya Allah, saya (memang) lebih baik dibandingkan Adam. Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan Adam Engkau ciptakan dari tanah."

Mendengar balasan Azazil yang sombong, Allah berfirman.

"Keluarlah kau dari surga. Sesungguhnya kau yakni orang-orang yang diusir".

Azazil alias Iblis, semenjak itu tak lagi berhak menghuni surga. Kesombongan dirinya, yang merasa lebih baik, lebih mulia dan sebagainya dibanding makhluk lain telah menyebabkannya menjadi penentang Allah yang paling nyata. Padahal Allah sungguh tak menyukai orang-orang yang sombong.

"Dan janganlah kau memalingkan mukamu dari insan lantaran sombong dan janganlah kau berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kau dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk bunyi ialah bunyi keledai."

Bibit kesombongan dari Azazil sejatinya sudah bersemai semenjak Israfil dan para malaikat mendatanginya biar mendoakan mereka kepada Allah. Waktu itu, ketika mendengar klarifikasi Israfil, Azazil berkata,

"Ya Allah! Hamba-Mu yang manakah yang berani menentang perintah-Mu, sungguh saya ikut mengutuknya."

Azazil lupa, dirinya yakni juga hamba Allah dan tak menyadari bahwa kata "hamba" yang tertera pada goresan pena di pintu surga, sanggup menimpa kepada siapa saja, termasuk dirinya.
Lalu, demi mendengar ketetapan Allah, Iblis bertambah nekat seraya meminta kepada Allah biar diberi dispensasi. Katanya,

"Ya Allah, beri tangguhlah saya hingga mereka ditangguhkan."

Allah bermurah hati, dan Iblis mendapat apa yang ia minta yaitu masa hidup panjang selama insan masih hidup di permukaan bumi sebagai khalifah. Dasar Iblis, Allah yang maha pemurah, masih juga ditawar. Ia lantas bersumpah akan menyesatkan Adam dan anak cucunya, seluruhnya, Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka.

" Maka kata Allah, "Yang benar yakni sumpah-Ku dan hanya kebenaran itulah yang Kukatakan. Sesungguhnya Aku niscaya akan memenuhi neraka jahanam dengan jenis dari golongan kau dan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya."

Menular pada Manusia Korban pertama dari perjuangan penyesatan yang dilakukan Iblis, tentu saja yakni Adam dan Hawa. Dengan tipu muslihat dan rayuan memabukkan, Nabi Adam as. dan Siti Hawa lupa pada perintah dan larangan Allah. Keduanya gres sadar sehabis marah Allah turun. Terlambat memang, lantaran itu Adam dan Hawa diusir dari nirwana dan ditempatkan di bumi. Dan sukses Iblis menimbulkan Adam dan Hawa sebagai korban pertama penyesatannya, tak sanggup dilihat sebagai sebuah kebetulan. Adam dan Hawa, bagaimanapun yakni Bapak dan Ibu seluruh manusia, awal dari semua sperma dan indung telur. Mereka berdua, lantaran itu menjadi alat ukur keberhasilan atau ketidakberhasilan Iblis menyesatkan
manusia. Jika asal usul seluruh insan saja, berhasil disesatkan apalagi anak cucunya.
Singkat kata, kesesatan yang di dalamnya juga ada sombong, takabur, selalu merasa paling hebat, lupa bahwa masih ada Allah, juga sangat sanggup menular kepada insan hingga kelak di ujung zaman.

Di banyak riwayat, banyak dongeng wacana kaum atau umat terdahulu yang takabur menentang dan memperolokkan hukum-hukum Allah, sehingga ditimpakan kepada mereka azab yang mengerikan. Kaum Aad, Tsamud, umat Nuh, kaum Luth, dan Bani Israil yakni sedikit pola dari bangsa-bangsa yang takabur dan sombong kemudian mereka dinistakan oleh
Allah, senista-nistanya. Karena sifat takabur pula, sosok-sosok menyerupai Fir'aun si Raja Mesir kuno, Qarun, Hamaan dan Abu Jahal juga mendapat azab yang sangat pedih di dunia dan niscaya kelak di akhirat.

Pada zaman sekarang, insan sombong yang selalu menentang Allah bukan berkurang, sebaliknya malah bertambah. Ada yang sibuk mengumpulkan harta dan kemudian menonjolkan diri dengan kekayaannya. Yang lain rajin mencari ilmu, namun kemudian takabur dan merasa paling pintar. Sebagian berbangga dengan asal usul keturunan; turunan ningrat, anak kiai, dan sebagainya. Ada juga yang merasa diri paling cantik, paling putih, paling mulus dibanding insan lain. Mereka yang beribadah, shalat siang malam, puasa, zakat dan berhaji merasa paling saleh dan sebagainya. Ada yang meninggalkan perintah-perintah Tuhan hanya lantaran mempertahankan dan gembira dengan budaya warisan nenek
moyang, dan seperti segala sesuatu di luar budaya itu tak bernilai. Tak sedikit juga yang mengesampingkan larangan-larangan Allah hanya lantaran menguber abad laju zaman modern yang selalu dibanggakan. Sebagai manusia, orang-orang semacam itu tak bermanfaat sama sekali. Mata jasmani mereka memang melihat, tapi mata hatinya sudah buta melihat kebenaran dan kebesaran Allah. Allah telah dijadikan nomor dua, sementara yang nomor satu yakni diri dan makhluk lain di sekitar dirinya. Hati mereka menjadi gelap tanpa nur iman sebagai pelita. Akal mereka tidak sanggup membedakan antara yang hak (benar) dengan yang batil (salah).

"Kemudian ia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri (takabur)"
(Al Muddatstsir: 23).

Iblis sebagai aktivis sifat takabur selalu mendoktrin kepada siapa saja sifat takabur, dan mewariskannya kepada jin dan manusia. Tujuannya jelas, untuk membuatkan sumpah (Iblis) pada golongannya sebagaimana golongan setan dari jenis jin. Setan tentu secara umum dikuasai untuk menjerumuskan dan menyesatkan bangsa jin, begitu pula setan dari golongan jenis manusia, sangat secara umum dikuasai untuk menjerumuskan dan menyesatkan bangsa manusia.

"Dan bersama-sama Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka memiliki indera pendengaran (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai hewan ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai" (Al Araaf: 179).

0 Response to "Sejarah Azazil : Raja Iblis"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel